Potret Monokrom (pengantar rindu, milikmu)





 
sumber video : youtube

 
Potret monokrom, meliarkan imajinasi. Tentang bagaimana aku melihat karma menghampirimu, mengirim rindu yang sendu, lalu aliran darahmu dipenuhi penyesalan akan peninggalan, dan semua itu perlahan merenggut waktu untuk bahagiamu.

*****
Namun, imajinasiku terlalu mengada-ngada. Tidak ada rindu bagimu, tidak ada penyesalan dalam hari mu. Jika benar ada rindu, harusnya ada sapa dalam kata juga ada tatap dalam jumpa. Kali ini aku ingin memihak egoku, sama seperti dimana dulu kau memihak pada egomu.  Nikmati saja rindumu, hingga kau terlelap syahdu. Memimpikan kita yang pernah jadi satu.

*****
Jika nanti kau ingin kembali, aku mungkin yang akan pergi. Aku tidak ingin ada definisi benci hadir lagi. Aku memaafkan tapi tak ingin ada pertemuan. Aku menyerah untuk segala perjuanganku yang salah. Bagiku, menjauh darimu adalah takdir Tuhan untuk kebaikan yang terarah.

*****
Aku sudah melihat hidupmu diwarnai cinta. Teruskan saja hingga akhir yang mungkin bahagia. Aku pun sudah menata hidup untuk lebih berwarna, tanpa kita namun tetap dengan mereka. Aku tidak sehebat sahabatku, yang masih memberi kesempatan walau diterkam kekecewaan. Dulu aku sempat memperjuangkan, dimana akhirnya kau juga yang menyia-nyiakan.

*****
Apabila nanti kau ingin pulang, dan mereka dengan lapang memberikanmu peluang, maka jangan paksa aku untuk ikut menyambutmu datang. Rotasi baik-buruk hubungan ini, tidak mudah untuk aku pahami. Perlu kau tahu, menerima kembali tidaklah mudah seperti saat menerima untuk pertama kali. 

*****
Menerima seseorang yang dengan mudah datang lalu menghilang bukanlah hobiku. Melepas juga mengikhlaskan persahabatan ini pun bukan cita-citaku. Aku hanya ingin menjalankan kewajiban untuk mensyukuri segala takdir dalam hidupku.

*****
Aku memang bukan satu-satunya orang yang terluka. Ada mereka yang juga kecewa. Tapi kita jiwa yang tak sama, ada porsi berbeda ketika menelan antara luka dan cinta disetiap cerita. Kecewa ku berakumulasi dengan kecewa sebelumnya, hingga aku sulit untuk percaya. Rasa getir dan khawatir mengulang kisah yang sama, membuatku takut menelan rasa luka seperti sebelumnya.

***** 
Aku juga rindu kita bersatu, tapi mungkin butuh waktu.

*****

Egoisku untuk sekelumit kisah yang tidak mampu aku selesaikan.
Aku serahkan pada mereka yang berusaha memperbaiki keadaan.
Aku tidak ingin ada dalam kemunafikan. Berusaha menerima kehadiran namun naluri ku menolak demi kebaikan.

*****

Jangan berbicara tentang apa yang terjadi pada kita, tapi coba lihat mereka. 

*****

Harusnya kau tahu, betapa beruntungnya memiliki mereka dalam ikatan persahabatan..mengapa kau tinggalkan? Tidak perlu menyesal, cukup jadikan pelajaran. Kini
saat kau tenggelam dalam angan, siapa yang kau butuhkan untuk menyelamatkan kenangan?


*****
Adakah dulu mereka pergi
saat kau dicaci? adakah dulu mereka hilang dan tak kembali pulang? jika pun dulu mereka sempat hilang, itu karena ulahmu yang seolah membuat mereka terbuang.

*****

Kemana saja
saat mereka berteriak merindukanmu? 

******

Apa yang memekakkan telingamu hingga tak mendengar bahwa mereka membutuhkanmu?

****** 

Lihat, diantara sekelumit hal mereka tetap hebat masih bisa menerima apa yang sulit aku terima.
Dan untuk kisah diantara kita yang begitu rumit,
aku pamit.

   
Bandung, Maret 2017.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teruntuk Penulis Hebat Aan Mansyur